1. Pengertian dan Latar
Belakang Renaissance
Renaissance berasal dari bahasa Perancis
yaitu dari dua suku kata Re + Sance, yang berarti kembalinya sains atau
lahirnya kembali kebudayaan Yunani-Romawi dari masa kegelalapan.
Latar belakang dari Renaissance adalah
Eropa mengalami masa kegegelan karena kepentingan pemikiran yang dikusai oleh
para pemimpin Gereja. Middle Age merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami
masa suram. Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasai gereja
sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi
berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai
kekuasaan, justru malah gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal
diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereka akan
mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai
teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi
hal ini bertolak belakang dari gereja sehingga Copernicus dibunuhnya.
Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan
ini mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan
tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia pada hakekatnya sudah ditentukan
oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran
tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada theology. Pemikiran filsafat
berkembang sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat
yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama. Oleh karena itu
disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.
Dengan adanya berbagai pembatasan yang
dilakukan pihak pemerintah atas saran dari gereja maka timbulah sebuah gerakan
kultural, pada awalnya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan,
kemasyarakatan, dan kegerejaan di Italia pada pertengahan abad XIV. Sebelum
gereja mempunyai peran penting dalam pemerintahan, golongan ksatria hidup dalam
kemewahan, kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran. Namun, ketika dominasi gereja
mulai berpengaruh maka hal seperti itu tidak mereka peroleh sehingga timbullah
semangat renaissance.
Menurut Ernst Gombrich munculnya renaissance sebagai suatu gerak
kembali di dalam seni, artinya bahwa renaissance tidak dipengaruhi oleh ide-ide
baru. Misalnya, gerakan Pra-Raphaelite atau Fauvist merupakan gerakan
kesederhanaan primitif setelah kekayaan gaya Gotik Internasional yang penuh
hiasan.
Menurut Prancis Michel De Certeau
renaissance muncul karena bubarnya jaringan-jaringan sosial lama dan
pertumbuhan elite baru yang terspesialisasi sehingga gereja berusaha untuk
kembali mendesak kendali dan manyatukan kembali masyarakat lewat pemakaian
berbagai teknik visual-dengan cara-cara mengadakan pameran untuk mengilhami
kepercayaan, khotbah-khotbah bertarget dengan menggunakan citra-citra dan
teladan-teladan dan sebagainya yang diambil dari pemikiran budaya klasik
sehingga dapat mempersatukan kembali gereja yang terpecah-belah akibat skisma
(perang agama).
Renaissance muncul dari timbulnya
kota-kota dagang yang makmur akibat perdagangan mengubah perasaan pesimistis
(zaman Abad Pertengahan) menjadi optimistis. Hal ini juga menyebabkan
dihapuskannya system stratifikasi sosial masyarakat agraris yang feodalistik.
Maka kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan feodal menjadi masyarakat yang
bebas. Termasuk kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan agama sehingga
menemukan dirinya sendiri dan menjadi focus kemajuan. Antroposentrisme menjadi
pandangan hidup dengan humanisme menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu
adanya dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat
Renaissance sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa.
2. Karakteristik
Renaissance
Renaissance merupakan titik awal dari
sebuah peradaban modern di Eropa. Essensi dari semangat Renaissance salah
satunya adalah pandangan manusia bukan hanya memikirkan nasib di akhirat
seperti semangat Abad Tengah, tetapi mereka harus memikirkan hidupnya di dunia
ini. Renaissance menjadikan manusia lahir ke dunia untuk mengolah,
menyempurnakan dan menikmati dunia ini baru setelah itu menengadah ke surga.
Nasib manusia di tangan manusia, penderitaan, kesengsaraan dan kenistaan di
dunia bukanlah takdir Allah melainkan suatu keadaan yang dapat diperbaiki dan
diatasi oleh kekuatan manusia dengan akal budi, otonomi dan bakat-baktnya.
Manusia bukan budak melainkan majikan atas dirinya. Inilah semangat humanis,
semangat manusia baru yang oleh Cicero dikatakan dapat dipelajari melalui
bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah dan hukum.
Dengan semakin kuatnya Renaissance
sekularisasi berjalan makin kuat. Hal ini menyebabkan agama semakin diremehkan
bahkan kadang digunakan untuk kepentingan sekulerisasi itu sendiri. Semboyan
mereka “religion was not highest expression of human values”. Bahkan salah
seorang yang dilukiskan sebagai manusia ideal renaissance Leon Batista Alberti
(1404-1472), secara tegas berani mengatakan “Man can do all things if they
will”. Renaissance mengajarkan kepada manusia untuk memanfaatkan kemampuan dan
pengetahuannya bagi pelayanan kepada sesama. Manusia hendaknya menjalani kehidupan
secara aktif memikirkan kepentingan umum bukan hidup bersenang-senang dalam
belenggu moral dan ilmu pengetahuan di menara gading. Manusia harus berperan
aktif dalam kehidupan, bukan sifat pasif seraya pasrah pada takdir. Namun,
manusia menjadi pusat segala hal dalam kehidupan atau Antoposentrisme.
Manusia renaissance harus berani memuji
dirinya sendiri, mengutamakan kemampuannya dalam berfikir dan bertindak secara
bertanggung jawab, menghasilkan karya seni dan mengarahkan nasibnya kepada
sesama. Keinginan manusia untuk menonjolkan diri baik dari keindahan jasmani
maupun kemampuan intelektual-intelektualnya. Keinginannya itu dituangkan dalam
berbagai karya seni sastra, seni lukis, seni pahat, seni music dan lain-lain.
Ekspresi daya kemampuan manusia terus berkembang sampai saat ini sehingga di
zaman modern ini pun tidak ada lagi segi kehidupan manusia yang tidak
ditonjolkan.
Sesudah mengalami masa kebudayaan
tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran kristiani. Namun, orang-orang
kini mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif bagi kebudayaan
Yunani-Romawi sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan
baik. Kebudayaan klasik ini juga dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi
seluruh peradaban manusia.
Kebudayaan Yunanni-Romawi adalah
kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai subjek utama Filsafat Yunani,
misalnya menampilkan manusia sebagai makhluk yang berpikir terus-menerus
memahami lingkungan alamnya dan juga menentukan prinsip-prinsip bagi
tindakannya sendiri demi mencapai kebahagiaan hidup (eudaimonia). Kesustraan
Yunani, misalnya kisah tentang Odisei karya penyair Yunani Kuno, Homerus,
menceritakan tentang keberanian manusia menjelajahi suatu dunia yang penuh
dengan tantangan dan pengalaman baru.Arsitektur ala Yunani-Romawi mencerminkan
kemampuan manusia dalam menciptakan harmoni dari aturan hukum, kekuatan, dan
keindahan.
Selain itu, kemampuan bangsa Romawi dalam
bidang tehnik dan kemampuan berorganisasi pantas mendapatkan acungan
jempol.Semua ini jelas menunjukkan bahwa kebudayaan Yunani-Romawi memberikan
tempat utama bagi manusia dalam kosmos.Suatu pandangan yang biasa disebut
dengan ''Humanisme Klasik''
Kebudayaan Raissans ditujukan untuk
menghidupkan kembali Humanisme Klasik yang sempat terhambat oleh gaya berpikir
sejumlah tokoh Abad Pertengahan. Hal ini memiliki kaitan dengan hal yang tadi
dijelaskan.Apabila dibandingkan dengan zaman Klasik yang lebih menekankan
manusia sebagai bagian dari alam atau polis (negara-negara kota atau masyarakat
Yunani Kuno) Humanisme Renaissans jauh lebih dikenal karena penekanannya pada
individualisme. Individualisme yang menganggap bahwa manusia sebagai pribadi
perlu diperhatikan.Kita bukan hanya umat manusia, tetapi kita juga adalah
individu-individu unik yang bebas untuk berbuat sesuatu dan menganut keyakinan
tertentu. Kemuliaan manusia sendiri terletak dalam kebebasannya untuk
menentukan pilihan sendiri dan dalam posisinya sebagai penguasa atas alam (Pico
Della Mirandola). Gagasan ini mendorong munculnya sikap pemujaan tindakan
terbatas pada kecerdasan dan kemampuan individu dalam segala hal.Gambaran
manusia di sini adalah manusia yang dicita-citakan Humanisme Renaissans adalah
manusia universal (Uomo Universale).
Daftar tokoh besar pada masa Renaisans
Berikut adalah daftar tokoh besar
Renaisans:
·
Albrecht Dührer (1471-1528)
·
Desiserius Eramus (1466-1536)
·
Donatello
·
Ghirlandaio
·
Hans Holbein (1465-1506)
·
Hans Memling (1430-1495)
·
Hieronymus Bosch (1450-1516)
·
Josquin de Pres (1445-1521)
·
Leonardo da Vinci (1452-1519)
·
Lucas Cranach (1472-1553)
·
Michaelangelo (1475-1564)
·
Perugino (1446-1526)
·
Raphael (1483-1520)
·
Sandro Botticelli (1444-1510)
·
Tiziano Vecelli (1477-1526)
3. Mebel Dalam Masa Renaisans
Kursi Zaman
Renaisans
Kursi merupakan salah satu perabot tertua
dan utama di masyarakat. Pada zaman dahulu kursi hanya di pakai oleh para raja
atau orang-orang besar saja, karena kursi menyimbolkan suatu kedudukan dan
kekuasan seseorang, sedangkan kursi baru umum dipakai pada abad XVII. Sebelum
adanya kursi, orang-orang biasanya menggunakan batu atau potongan kayu yang
besar sebagai tempat duduk. Benda-benda tersebut sangat besar dan berat
sehingga sulit untuk dipindahkan.
Pengertian dari kursi adalah sebuah perabotan rumah yang biasa digunakan sebagai tempat duduk. Pada umumnya,
kursi memiliki 4 kaki yang digunakan untuk menopang berat tubuh di atasnya.
Pada zaman dahulu terbuat dari bahan kayu
gading ataupun emas ini untuk menunjukkan kemewaha, otoritas dan
kekuasaan. Kursi telah menembus
transformasi yang drastis selama periode Renaissance, sekitar abad ke-17. Pada periode renaissance mulai beralih ke
penggunaan umum. Orang-orang
eropa mulai bereksperimen, memunculkan ide melapisi kursi dengan kain
pelapis, seperti kulit, beludru dan sutra dll, untuk menambah keindahan serta kenyamanan saat pemakaian
kursi.
Beberapa ciri yang bisa ditemukan pada
kursi di periode renaissance:
Ø Pada lengan kursi di ujungnya berukir
atau lengkung.
Ø Hiasan yang seringkali digunakan tumbuhan dan
hewan
Ø Proporsi tubuh manusia mulai dipertimbangkan
(ergonomic)
Ø Mulai menggunakan bahan pendukung lain seperti
kain dll.
Ø Mulai menggunakan presentasi gambar perspektif
Contoh kursi renaissance
Perkembangan
pada periode renaissance kursi-kursi di zaman renaissance ini mengalami
perubahan yang sangat besar yang dulu kursi hanya di pakai oleh para raja atau
pembesar pada zaman ini sudah mulai umum digunakan, serta beberapa inovasi
bentuk kursi yang mulai elapisi kursi dengan kain dll, dan sampai sekarang hal
ini digunakan untuk menambah nilai keindahan sebuah kursi, selain itu
masih banyak kursi yang bergaya
renaissance dewasa ini. Selain itu pada
zaman ini sudah mulai mempertimbangkan ergonomi tubuh manusia.