Thursday, January 16, 2014

Sejarah Desain Mebel Periode Renaisance




1.      Pengertian dan Latar Belakang Renaissance
Renaissance berasal dari bahasa Perancis yaitu dari dua suku kata Re + Sance, yang berarti kembalinya sains atau lahirnya kembali kebudayaan Yunani-Romawi dari masa kegelalapan.
Latar belakang dari Renaissance adalah Eropa mengalami masa kegegelan karena kepentingan pemikiran yang dikusai oleh para pemimpin Gereja. Middle Age merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa suram. Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasai gereja sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan, justru malah gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereka akan mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang dari gereja sehingga Copernicus dibunuhnya.
Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia pada hakekatnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada theology. Pemikiran filsafat berkembang sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama. Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.
Dengan adanya berbagai pembatasan yang dilakukan pihak pemerintah atas saran dari gereja maka timbulah sebuah gerakan kultural, pada awalnya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan, kemasyarakatan, dan kegerejaan di Italia pada pertengahan abad XIV. Sebelum gereja mempunyai peran penting dalam pemerintahan, golongan ksatria hidup dalam kemewahan, kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran. Namun, ketika dominasi gereja mulai berpengaruh maka hal seperti itu tidak mereka peroleh sehingga timbullah semangat renaissance.
Menurut Ernst Gombrich munculnya renaissance sebagai suatu gerak kembali di dalam seni, artinya bahwa renaissance tidak dipengaruhi oleh ide-ide baru. Misalnya, gerakan Pra-Raphaelite atau Fauvist merupakan gerakan kesederhanaan primitif setelah kekayaan gaya Gotik Internasional yang penuh hiasan.
Menurut Prancis Michel De Certeau renaissance muncul karena bubarnya jaringan-jaringan sosial lama dan pertumbuhan elite baru yang terspesialisasi sehingga gereja berusaha untuk kembali mendesak kendali dan manyatukan kembali masyarakat lewat pemakaian berbagai teknik visual-dengan cara-cara mengadakan pameran untuk mengilhami kepercayaan, khotbah-khotbah bertarget dengan menggunakan citra-citra dan teladan-teladan dan sebagainya yang diambil dari pemikiran budaya klasik sehingga dapat mempersatukan kembali gereja yang terpecah-belah akibat skisma (perang agama).
Renaissance muncul dari timbulnya kota-kota dagang yang makmur akibat perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad Pertengahan) menjadi optimistis. Hal ini juga menyebabkan dihapuskannya system stratifikasi sosial masyarakat agraris yang feodalistik. Maka kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan feodal menjadi masyarakat yang bebas. Termasuk kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan agama sehingga menemukan dirinya sendiri dan menjadi focus kemajuan. Antroposentrisme menjadi pandangan hidup dengan humanisme menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu adanya dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaissance sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa.

2.      Karakteristik Renaissance
Renaissance merupakan titik awal dari sebuah peradaban modern di Eropa. Essensi dari semangat Renaissance salah satunya adalah pandangan manusia bukan hanya memikirkan nasib di akhirat seperti semangat Abad Tengah, tetapi mereka harus memikirkan hidupnya di dunia ini. Renaissance menjadikan manusia lahir ke dunia untuk mengolah, menyempurnakan dan menikmati dunia ini baru setelah itu menengadah ke surga. Nasib manusia di tangan manusia, penderitaan, kesengsaraan dan kenistaan di dunia bukanlah takdir Allah melainkan suatu keadaan yang dapat diperbaiki dan diatasi oleh kekuatan manusia dengan akal budi, otonomi dan bakat-baktnya. Manusia bukan budak melainkan majikan atas dirinya. Inilah semangat humanis, semangat manusia baru yang oleh Cicero dikatakan dapat dipelajari melalui bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah dan hukum.
Dengan semakin kuatnya Renaissance sekularisasi berjalan makin kuat. Hal ini menyebabkan agama semakin diremehkan bahkan kadang digunakan untuk kepentingan sekulerisasi itu sendiri. Semboyan mereka “religion was not highest expression of human values”. Bahkan salah seorang yang dilukiskan sebagai manusia ideal renaissance Leon Batista Alberti (1404-1472), secara tegas berani mengatakan “Man can do all things if they will”. Renaissance mengajarkan kepada manusia untuk memanfaatkan kemampuan dan pengetahuannya bagi pelayanan kepada sesama. Manusia hendaknya menjalani kehidupan secara aktif memikirkan kepentingan umum bukan hidup bersenang-senang dalam belenggu moral dan ilmu pengetahuan di menara gading. Manusia harus berperan aktif dalam kehidupan, bukan sifat pasif seraya pasrah pada takdir. Namun, manusia menjadi pusat segala hal dalam kehidupan atau Antoposentrisme.
Manusia renaissance harus berani memuji dirinya sendiri, mengutamakan kemampuannya dalam berfikir dan bertindak secara bertanggung jawab, menghasilkan karya seni dan mengarahkan nasibnya kepada sesama. Keinginan manusia untuk menonjolkan diri baik dari keindahan jasmani maupun kemampuan intelektual-intelektualnya. Keinginannya itu dituangkan dalam berbagai karya seni sastra, seni lukis, seni pahat, seni music dan lain-lain. Ekspresi daya kemampuan manusia terus berkembang sampai saat ini sehingga di zaman modern ini pun tidak ada lagi segi kehidupan manusia yang tidak ditonjolkan.
Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran kristiani. Namun, orang-orang kini mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif bagi kebudayaan Yunani-Romawi sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan baik. Kebudayaan klasik ini juga dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi seluruh peradaban manusia.
Kebudayaan Yunanni-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai subjek utama Filsafat Yunani, misalnya menampilkan manusia sebagai makhluk yang berpikir terus-menerus memahami lingkungan alamnya dan juga menentukan prinsip-prinsip bagi tindakannya sendiri demi mencapai kebahagiaan hidup (eudaimonia). Kesustraan Yunani, misalnya kisah tentang Odisei karya penyair Yunani Kuno, Homerus, menceritakan tentang keberanian manusia menjelajahi suatu dunia yang penuh dengan tantangan dan pengalaman baru.Arsitektur ala Yunani-Romawi mencerminkan kemampuan manusia dalam menciptakan harmoni dari aturan hukum, kekuatan, dan keindahan.
Selain itu, kemampuan bangsa Romawi dalam bidang tehnik dan kemampuan berorganisasi pantas mendapatkan acungan jempol.Semua ini jelas menunjukkan bahwa kebudayaan Yunani-Romawi memberikan tempat utama bagi manusia dalam kosmos.Suatu pandangan yang biasa disebut dengan ''Humanisme Klasik''
Kebudayaan Raissans ditujukan untuk menghidupkan kembali Humanisme Klasik yang sempat terhambat oleh gaya berpikir sejumlah tokoh Abad Pertengahan. Hal ini memiliki kaitan dengan hal yang tadi dijelaskan.Apabila dibandingkan dengan zaman Klasik yang lebih menekankan manusia sebagai bagian dari alam atau polis (negara-negara kota atau masyarakat Yunani Kuno) Humanisme Renaissans jauh lebih dikenal karena penekanannya pada individualisme. Individualisme yang menganggap bahwa manusia sebagai pribadi perlu diperhatikan.Kita bukan hanya umat manusia, tetapi kita juga adalah individu-individu unik yang bebas untuk berbuat sesuatu dan menganut keyakinan tertentu. Kemuliaan manusia sendiri terletak dalam kebebasannya untuk menentukan pilihan sendiri dan dalam posisinya sebagai penguasa atas alam (Pico Della Mirandola). Gagasan ini mendorong munculnya sikap pemujaan tindakan terbatas pada kecerdasan dan kemampuan individu dalam segala hal.Gambaran manusia di sini adalah manusia yang dicita-citakan Humanisme Renaissans adalah manusia universal (Uomo Universale).
Daftar tokoh besar pada masa Renaisans

Berikut adalah daftar tokoh besar Renaisans:
·         Albrecht Dührer (1471-1528)
·         Desiserius Eramus (1466-1536)
·         Donatello
·         Ghirlandaio
·         Hans Holbein (1465-1506)
·         Hans Memling (1430-1495)
·         Hieronymus Bosch (1450-1516)
·         Josquin de Pres (1445-1521)
·         Leonardo da Vinci (1452-1519)
·         Lucas Cranach (1472-1553)
·         Michaelangelo (1475-1564)
·         Perugino (1446-1526)
·         Raphael (1483-1520)
·         Sandro Botticelli (1444-1510)
·         Tiziano Vecelli (1477-1526)

3.         Mebel Dalam Masa Renaisans
            Kursi Zaman Renaisans

Kursi merupakan salah satu perabot tertua dan utama di masyarakat. Pada zaman dahulu kursi hanya di pakai oleh para raja atau orang-orang besar saja, karena kursi menyimbolkan suatu kedudukan dan kekuasan seseorang, sedangkan kursi baru umum dipakai pada abad XVII. Sebelum adanya kursi, orang-orang biasanya menggunakan batu atau potongan kayu yang besar sebagai tempat duduk. Benda-benda tersebut sangat besar dan berat sehingga sulit untuk dipindahkan.  Pengertian dari kursi adalah sebuah perabotan rumah yang biasa digunakan sebagai tempat duduk. Pada umumnya, kursi memiliki 4 kaki yang digunakan untuk menopang berat tubuh di atasnya.
Pada zaman dahulu terbuat dari bahan kayu gading ataupun emas ini untuk menunjukkan kemewaha, otoritas dan kekuasaan. Kursi telah menembus transformasi yang drastis selama periode Renaissance, sekitar abad ke-17. Pada periode renaissance mulai beralih ke penggunaan umum. Orang-orang eropa mulai bereksperimen, memunculkan ide melapisi kursi dengan kain pelapis, seperti kulit, beludru dan sutra dll, untuk menambah keindahan serta kenyamanan saat pemakaian kursi.
Beberapa ciri yang bisa ditemukan pada kursi di periode renaissance:
Ø  Pada lengan kursi di ujungnya berukir atau lengkung.
Ø   Hiasan yang seringkali digunakan tumbuhan dan hewan
Ø   Proporsi tubuh manusia mulai dipertimbangkan (ergonomic)
Ø   Mulai menggunakan bahan pendukung lain seperti kain dll.
Ø   Mulai menggunakan presentasi gambar perspektif
Contoh kursi renaissance
               




   
Perkembangan pada periode renaissance kursi-kursi di zaman renaissance ini mengalami perubahan yang sangat besar yang dulu kursi hanya di pakai oleh para raja atau pembesar pada zaman ini sudah mulai umum digunakan, serta beberapa inovasi bentuk kursi yang mulai elapisi kursi dengan kain dll, dan sampai sekarang hal ini digunakan untuk menambah nilai keindahan sebuah kursi, selain itu masih  banyak kursi yang bergaya renaissance dewasa ini. Selain itu  pada zaman ini sudah mulai mempertimbangkan ergonomi tubuh manusia.
»»  Baca Selengkapnya...