Guru Aktif dan kreatif pasti
diinginkan oleh setiap siswa. Siswa merasa senang dan nyaman belajar di sekolah
tanpa ada yang membebani. Menurut pengalaman teman penulis waktu masih duduk di
bangku sekolah, kalau ada sebagian guru menyampaikan materinya kurang
meyakinkan, lebih-lebih tidak kreatif. Biasanya, tidak dapat merangsang siswa
dengan bentuk apapun. Maka, kecendrungan siswa lebih senang mencari sensasi
baru sekedar untuk menghilangkan rasa jenuh. Salah satunya dapat di lakukan
dengan membaca buku selain materi, laiknya buku novel yang bersitus porno,
berbicara dengan temannya dengan suara tidak nyaring. Tragisnya, kadang siswa
mendahulukan tidur dari pada mendengarkan.Asumsi siswa, mengapa harus
mendengarkan penjelasan Guru. Jika pada akhirnya keterangannya masuk lewat
telinga kanan, keluar ketelinga paling kiri.
PERAN
GURU DALAM MENINGKATKAN KREATIFITAS SISWA
Setiap orang memiliki potensi untuk
melakukan aktifitas yang kreatif. Setiap siswa baru yang memasuki proses
belajar, dalam benak mereka selalu diiringi dengan rasa ingin tahu. Pada tahap
ini guru diharapkan untuk merangsang siswa untuk melakukan apa yang dinamakan
dengan learning skills acquired, misalnya dengan jalan memberi kesempatan siswa
untuk bertanya (questioning), menyelidik (inquiry), mencari (searching),
menerapkan (manipulating) dan menguji coba (experimenting).Kebanyakan yang
terjadi di lapangan adalah aktifitas ini jarang ditemui karena siswa hanya
mendapatkan informasi yang bagi mereka adalah hal yang abstrak. Rasa ingin tahu
siswa harus dijaga dengan cara memberikan kesempatan bagi mereka untuk melihat
dari dekat, memegangnya serta mengalaminya.
Akhir-akhir ini, banyak hasil
kreatifitas yang inovatif yang diciptakan para pelajar dan kemudian mereka
meraih penghargaan di tingkat internasional. Antara lain, ada siswa yang
meneliti tentang manfaat kulit kacang, membuat alat pemisah sampah yang
terdapat di sungai, menciptakan bra penampung ASI, dan sebagainya. Para guru dinilai
punya andil besar dalam mengembangkan daya kreatifitas siswa melalui proses
pembelajaran.
Praktisi pendidikan Arief Rachman
menilai, kreatifitas dikembangkan dari proses pembelajaran yang tepat bukan
dari materi-materi kurikulum, tapi bagaimana guru menciptakan proses
pembelajaran di dalam kelas agar anak senang bertanya, suka meneliti, dan
senang menciptakan.
Dari penjelasan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa seorang guru diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi siswa
untuk mendemontsrasikan perilaku yang kreatif. Beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kreatifitas siswa antara lain :
- Guru menghargai hasil-hasil pikiran kreatif siswa
- Guru respek terhadap pertanyaan, ide dan solusi siswa yang tidak biasa (unusual)
- Guru menunjukkan bahwa gagasan siswa adalah memiliki nilai yang ditunjukkan dengan cara mendengarkan dan mempertimbangkan. Pada tataran ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada orang lain.
Disain
Kreatif dalam Perencanaan Belajar
Pembelajaran kreatif yang membuat
siswa mengembangkan kreativitasnya. Itu berarti bahwa pembelajaran kreatif itu
membuat siswa aktif membangkitkan kreativitasnya sendiri.
Mengembangkan kreativitas siswa
dalam pembelajaran berarti mengembangkan kompetensi memenuhi standar proses
atau produk belajar yang selalu terbarukan. Di sini diperlukan strategi
agar siswa mampu menghasilkan gagasan yang baru, cara baru, disain baru, model
baru atau sesuatu yang lebih baik daripada yang sudah ada sebelumnya.
Segala sesuatu yang baru itu muncul
dengan pemicu, di antaranya, karena tumbuh dari informasi yang baru,
penemuan baru, teknologi baru, strategi belajar yang baru yang lebih variatif,
sistem kolaborasi dan kompetisi yang baru, eksplorasi ke wilayah sumber
informasi baru, menjelajah forum komunikasi baru, mengembangkan stategi
penilaian yang baru yang lebih variatif.
Yang lebih penting dari itu adalah
melaksanakan perencanaan belajar dalam implementasi belajar kegiatan sebagai
proses kreatif dan menetapkan target mutu produk belajar sebagai produk kreatif
yang inovatif.
Indikator kreativitas dalam
perencanaan belajar jika guru menetapkan target-target berikut:
- proses pembelajaran dirancang untuk membangun pengalaman belajar yang baru bagi siswa.
- proses pembelajaran dirancang agar siswa memperoleh informasi terbaru.
- proses belajar dirancang sehingga siswa dapat mengembangkan pikiran atau ide-ide baru.
- proses belajar dapat mengasilkan produk belajar yang berbeda dari produk sebelumnya.
- produk belajar diekspersikan dan dikomunikasi melalui media yang kreatif.
Memperhatikan harapan-harapan itu,
maka mempersiapkan perangkat rencana pembelajaran untuk mengembangkan
kreativitas siswa merupakan sebuah keniscayaan baru dalam sistem pengajaran
kita.
Mengembangkan
kreativitas dalam pembelajaran
Secara generik mengembangkan
kreativitas siswa dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
pengkondisian atau membangun iklum yang memicu berkembangnya kemampuan berpikir
dan berkarya. Landasannya adalah menguasai pengetahuan dan menerapkan ilmu
pengetahuan dalam bentuk keterampilan terbaik.
Kreativitas itu merupakan produk
pada level berpikir tertinggi. Itu sebabnya, teori Bloom yang baru
menempatkan to create atau berkreasi menjadi bagian penting
penyempurnaannya sehingga ranah kognitif tidak diakhiri dengan evaluasi,
melainkan kreasi.
Untuk mengembangkan siswa yang
kreatif diperlukan guru-guru yang memiliki kompetensi sebagai berikut:
- berpengetahuan tentang karakater dan kebutuhan siswa kreatif.
- terampil mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
- terampil mengembangkan kemampuan siswa memecahkan masalah.
- mampu mengembangkan bahan ajar sehingga menantang siswa lebih kreratif.
- mengembangkan strategi pembelajaran individual dan kolaboratif.
- memberi toleransi dan memberi kebebasan sekali pun hal itu tidak dikehendakinya jika ternyata prilaku berbeda itu menghasilkan produk belajar yang lebih kreatif.
Di samping kebutuhan kompetensi
guru, pengembangan kreativitas siswa melalui pembelajaran memerlukan
iklim atau kultur yang menunjang. Ada kebiasaan-kebiasaan yang baik yang guru
tumbuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prilaku siswa kreatif tidak
selalu seperti prilaku yang guru harapkan sehingga sering terjadi guru tidak
menujang tumbunya kreativitas siswa.
Menurut hasil studi Utami Munandar
(1997) ciri-ciri siswa kreatif adalah:
- terbuka terhadap pengalaman baru.
- kelenturan dalam sikap
- kebebasan dalam ungkapan diri
- menghargai fantasi
- minat dalam kegiatan kreatif.
- memiliki tingkat kepercayaan diri terhadap gagasan sendiri.
- mandiri dan menunjukkan inisiatif.
- kemandirian dalam memberi pertimbangan.
Di samping sifat tersebut dilihat
dari pengalaman penulis mengajar, siswa kreatif memiliki
sifat-sifat yang berani sehingga kadang-kadang berprilaku berani menentang
pendapat, menunjukkan ego yang kuat, bertindak semau gue, menunjukan minat yang
sangat kuat terhadap yang menjadi perhatiannya namun pada saat yang berbeda
mengabaikannya, memerlukan kebanggaan atas karyanya. Sifat-sifat tersebut
sering bertentangan dengan yang guru harapkan.
Guru mengharapkan siswa sopan,
rajin, ulet, menyelesaikan tugas sesuai dengan yang guru targetkan, bersikap
kompromis, tidak selalu bertentangan pendapat dengan guru, percaya diri, penuh
energi, dan mengingat dengan baik.
Karena ciri anak berbakat dengan
sifat-sifat siswa yang guru kehendaki berbeda, maka sering terjadi prakarsa
kreatif siswa tidak mendapat dukungan guru.
Salah satu model pengembangan
kreativitas adalah menggunakan pertanyaan untuk menantang proses berpikir level
tertinggi sesuai dengan konsep mengembangkan ide-ide kreatif dan karya
kreatif dan inovatif. Untuk mengembangkan kecakapan ini guru dapat menggunakan
berbagai pertanyaan, seperti:
- Ada ide baru?
- Setelah memahami konsep ini apakah Anda memiliki ide baru?
- Setelah memperhatikan cara kerja untuk menyelesaikan tugas itu, adakah proses yang dapat kita sempurnakan sehingga prosesnya menjadi lebih baik?
- Memperhatikan contoh-contoh itu, apakah ada yang dapat kita sempurnakan sehingga akan menjadi lebih baik?
Pertanyaan itu akan lebih variatif
manakala disesuaikan profil kreatifitas siswa.
Profil individu imajinif (imagine)
dapat dikembangkan dengan menggunakan model pertanyaan berikut:
- Setelah membaca itu, adakah sesuatu yang hidup dalam hayalanmu?
- Setelah melihat percobaan yang unik itu, adakah ide baru yang hendak kamu wujudkan?
- Bisakah kalian rumuskan gagasan baru yang menurut kalian berbeda dengan yang telah kalian pelajari.
Profil individu penanam modal
(invest) dapat dipicu dengan model pertanyaan berikut:
- Itulah yang dilakukan oleh temanmu dari sekolah lain. Selanjutnya, keunggulan seperti apa yang harus dapat kita wujudkan? Bagaimana prosesnya dan seperti apa hasil yang ingin kita buat?
- Bisakah kita menghasilkan yang lebih baik daripada yang dapat dilakukan oleh kelas lain?
- Apa yang dapat kita lakukan agar kita bisa selesai lebih cepat dan lebih baik, kalian punya ide?
Profil individu pembaharu (improve)
dapat dipicu dengan model-model pertanyaan berikut:
- Perhatikan hasil karya itu, apa yang masih dapat kita kembangkan agar karya itu menjadi lebih baik.
- Apakah kamu punya cara untuk mengkomunikasikan karya itu supaya jauh lebih menarik perhatian orang-orang?
- Dapatkan kamu sempurnakan alat itu lebih kuat dan orang lebih mudah menggunakannya?
- Bisakah kamu menyelesaikan tantangan itu lebih cepat daripada yang dilakukan orang-orang?
- Bisakan kita jamin bahwa usaha itu tidak akan gagal, bagaimana rencananya?
Profil pengeram ide (incubate) dapat
dipicu dengan model pertanyaan berikut:
- Apakah kamu yakin bahwa kegiatan itu akan lebih efektif, apa kelebihan ide yang akan kamu terapkan?
- Siapakah sebaiknnya yang akan kamu libatkan?
- Bagaimana mereka haru bekerja?
- Keunggugulan apa yang akan benar-benar kalian wujudkan?
Beberapa model pertanyaan itu dapat
terus ditingkatkan kesulitannya sejalan dengan berkembangnya kebiasaan baik
siswa yang selalu berusaha untuk mendapatkan proses yang lebih baik dengan
hasil yang lebih baik lagi.
0 comments:
Post a Comment